Btc

Belajar Sukses dari Bubur Ayam

Bubur ayam merupakan makanan yang sangat nikmat bila disantap pada pagi hari. Ditambah suwiran daging, kerupuk, dan menu tambahan yang dapat menggugah selera makan. Bubur ayam sangat nikmat bila dimakan saat bersama keluarga atau teman dekat karena akan menghadirkan suasana yang ceria.
Apalagi makanan ini tidak terlalu sulit untuk melahapnya, tanpasusah-susah untuk mengunyah karena teksturnya yang lembut tidak memerlukan tenaga graham yang berlebih untuk melumatnya. Bubur ayam sangat mudah ditemui dan mudah untuk dibuatnya.
Bubur ayam telah dikenal oleh berbagai kalangan dan diterima dengan baik. Tentu hal ini menjadi potensi yang bernilai ekonomi bagi mereka yang terjun dalam usaha penjualan bubur. Jadi bagi Andayang hendak merintis usaha ini, perhatikanlah beberapa langkah berikut ini,
Pertama, Pengalaman. Dalam menjalani suatu usaha, umumnya orang memiliki pengalaman setidaknya pengetahuan dibidang yang dijalaninya.
Kedua, Modal. Modal merupakan suatu yang vital untuk mendirikan suatu usaha karena modal bisa memudahkan dalam memenuhi beberapa perlengkapan yang harus di penuhi. Pemenuhan tersebutmenyangkut alat-alat produksi, termasuk bahan bak\j yang diperlukan.
Ketiga, Market/Pasar. Untuk menjual suatu barang tentunya memerlukan pasar yang menyerap barang produksi yang di hasilkan. Karena itu, faktor calon pembeli sangat penting untuk diketahui sehingga ketika usaha berjalan penjualan yang Anda lakukan dapat diterima dan laris terjual
Keempat, Tempat. Lokasi atau tempat sangat dominan sebagai faktor yang mendukung keberhasilan suatu usaha. Umumnya orang akan mencarikemudahan termasuk akses, akses yang bisa ditempuh dengan mudah membuat orang akan sering berkunjung ke lokasi yang dituju. Sehingga orang akan lebih senang memilih melakukan transaksi jual beli pada lokasi yang mudah ditempuh. Selanjutnya ketekunan dan kesabaran.
Demikianlah beberapa kiat untuk Anda yang hendak mencoba berwira usaha.

Sukses Mang Oyo
Sebagian besar Orang Indonesia pasti menggemari Bubur ayam untuk menu sarapan  spesialnya. Makanan ini mudah di didapat di kaki lima ataupun di hotel hotel berbintang. Bukan hanya orang Indonesia yang menyukai, tetapi tidak sedikit orang asing yang menggemari makanan ini. Melihat peluang ini, banyak orang yang sukses meraih usaha ini. Diantaranya Mang Oyo.
Mang Oyo adalah salah satu usahawan yang sukses dengan usaha ini. Bubur yang dibuatnya kental tetapi lunak dan rasanya, mak nyoss. Kesusesan yang diraih saat ini tidak lepas dari usaha keras yang ia geluti selama ini. Resep kental bubur ayam mang oyo ditemukan pada tahun 1987 setelah Mang Oyo menjalankan Aerobik Malam (istilah Sholat Tahajud) aktivitas yang biasa  ia lakukan. Laku prihatin Mang oyo sejak muda hingga berumur, benar benar menghasilkan resep bubur ayam yang sejati. Sebelumnya Mang Oyo juga sempat berjualan keliling bubur ayam yang encer, juga pernah berjualan bubur lemu dan bubur pacar.
Mang Oyo berjualan bubur ayam sempat dengan cara dipikul, didorong dengan gerobak hingga akhirnya mampu berjualan menetap. Buburnya saat ini telah menjadi makanan alternative bagi banyak orang yang berkunjung ke Bandung. Belum pas rasanya kalau ke Bandung tidak menyantap bubur ayam olahan Mang Oyo ini. Kentalnya, gurihnya menyebabkan bubur ini mengenyangkan dan tentunya ketagihan.
Setelah sebelumnya berjualan kesana kemari, Mang Oyo kini punya tempat mangkal di Jalan Sulanjana No. 30 di sebuah café (Vandell). Untuk melayani mahasiswa atau masyarakat, Mang Oyo juga membuka cabang di Jalan Gelap Nyawang depan Kampus ITB Bandung. Disamping itu ia juga membuka usaha dengan dengan cara bermitra di Jalan Surapati, Jl. Djunjunan, Daerah Strasari dekat Kampus Maranata maupun rusun Sarijadi. Terobosan sangat berani dilakukan dengan membuka cabang di luar kota di Jogja. Lokasinya berada di Jl. Godean KM 5 Modinan (Timur Markas Kompi Senapan).
Rasa satu mangkok bubur ayam komplet yang berisi bubur ayam, irisan cakue, suiran ayam, ati ampela, telur pindang, irisan sledri, bawang goreng dan krupuk khas dapat dinikmati. Ciri lain dari  bubur ayam Mang Oyo adalah bubur yang  hanya mengandalkan kecap asin dan manis serta sambal yang menciptakan cita rasa mantap . Rasanya lezat, aman dinikmati oleh Balita dan dewasa, karena dengan kaldu dan sumsum tulang ayam serta  minim pemakaian MSG membuat bubur ini sehat dan bergizi. Terbukti produknya telah terdaftar di Depkes Kota Bandung, juga telah mendapat sertifikat Halal dari MUI.  Anehnya bubur ayam yang dibuatnya tidak akan tumpah saat piring melamin dibalikkan. Inilah adegan mencengangkan buat pengunjung yang baru pertama kali menyantapnya.
Aneh..buburnya tidak tumpah saat dibalikkan. Mang Oyo Bisa kenapa Kita Tidak
Semoga kesuksasan usahanya dapat menjadi inspirasi buat kita mencari peluang usaha.


SUKSES BUBUR ALA ABAH ODIL
Mantan menejer di perusahaan tekstil terkenal, lalu banting setir jualan bubur. Awalnya gengsi, namun kini usahanya beromzet puluhan juta per bulan.
Ruko yang berada di Jalan Soekarno Hatta D 511 Malang itu tak istimewa. Luasnya cuma 3 x 8 meter. Di halaman depannya terpasang tenda terop, berisi tiga meja dan lima bangku panjang. Bagian depan tenda ditutup dengan selembar tirai bambu bertuliskan “Abah Odil Bubur Ayam Tasikmalaya”. Ruko ini adalah tempat penjualan bubur ayam. Meski sederhana, tapi penjualannya mencapai 300 mangkok per hari. Dari hasil usaha itu, Ate Rushendi, pemilik Abah Odil asal Tasikmalaya ini mampu meraup laba sekitar Rp 50 juta per bulan.
Ketika awal merintis usaha, Abah Odil, demikian Ate Rushendi akrab disapa, terbilang nekat dan spekulatif. Pasalnya, jenis makanan tersebut bagi masyarakat Malang merupakan hal baru, bahkan aneh. Bubur, identik dengan makanan bayi atau anak kecil. Selain itu, masyarakat Malang sudah telanjur jatuh cinta pada pecel. Ketika itu, belum ada pedagang yang berani menempuh jalur bisnis tersebut. Karena itulah, langkah Abah Odil terbilang melawan arus. “Ya bisa dibilang aneh,” ujarnya kepada Suara Hidayatullah.
Mulanya, segmentasi penjualan bubur ayam hanya untuk warga Jawa Barat yang tinggal di Malang. Sebab, bagi warga Jawa Barat (Jabar), bubur sudah menjadi menu setiap hari. Betul saja, tahun 2004, ketika usaha Abah Odil dibuka, pembelinya kebanyakan orang Jabar. “Mungkin ada perasaan primordialisme, jadi mereka beli,” ujar Ate menghibur diri. Apalagi bubur ayam Abah Odil dikasih embel-embel, kata Tasikmalaya, salah satu kota di Jawa Barat yang terkenal dengan kerajinan anyaman bambunya.
Abah Odil pun tak mau berharap banyak pada warga Jabar yang tinggal di Malang. Sebab, populasi mereka tak begitu banyak. Langkah yang dilakukan Abah Odil adalah meningkatkan promosi. Jika ada acara apa pun, Abah Odil siap menjadi sponsor. “Nggak apa-apa, meski (rugi) 20-30 mangkok, asal bubur ayam dikenal masyarakat,” tutur pria berjenggot dan bercelana cingkrang ini.
Ketika itu, banyak perguruan tinggi yang menjadikan Abah Odil sebagai sponsor. Dan ternyata hasilnya manjur, bubur ayam Abah Odil dikenal di kalangan mahasiswa. Sejak itu, banyak mahasiswa yang berburu bubur ayam Abah Odil.
Begitu juga jika ada acara bazar, dan pameran, Abah Odil ikut mempromosikan usahanya. Respon masyarakat pun positif. Banyak yang mengatakan, bubur ayam Abah Odil enak dan variatif. Memang kata Atet, bubur ayamnya sengaja dibuat sevariatif mungkin. Ada tiga jenis bubur ayam yang dijual Atet, yakni bubur ayam istimewa, spesial, dan super.
Untuk bubur ayam istimewa, menunya terdiri dari bubur, daging ayam, dan segala aksesorisnya: seperti krupuk, bawang, dan kacang. Bubur spesial berisi ati ampela dan aksesorisnya. Sedangkan bubur super, berisi ayam, ati ampela, dan telor setengah matang. Selain bubur, Ate juga menyediakan minuman khas Jabar: bandrek dan bajigur.
Kini, seiring dengan berjalannya waktu, banyak masyarakat yang bukan asal Jabar yang membelinya. Hal itu membuktikan, untuk masalah kuliner, tak ada kata tradisi yang tidak bisa dilawan. Asal enak di lidah, siapa pun akan suka. Abah Odil pun berhasil melawan arus.
Seperti yang dirasakan Nuril, pembeli asal Malang ini mengaku kaget dengan bubur ayam Super Abah Odil. “Baru kali ini saya tahu kalau ada bubur pake telor setengah matang. Rasanya uenaaakk di lidah,” ujar Nuril yang mengaku baru pertama kali makan bubur ayam Abah Odil ini. Karena enak, Nuril pun mengaku ketagihan. “Insya Allah, jika ada waktu, saya akan ke sini lagi,” imbuhnya.

Mantan Menejer Perusahaan

Dulunya, Abah Odil bukanlah penjual bubur. Usaha itu baru dilakoni sekitar tahun 2004. Abah Odil sendiri dulunya adalah wakil direksi plus menejer produksi di sebuah perusahaan sarung ternama di Indonesia. Gajinya pun besar. Rumah, asuransi kesehatan, dan mobil dinas juga disediakan perusahaan. Belum lagi dengan fasilitas dan bonus lainnya.
Namun, semua itu tak membuatnya tenang. Pasalnya, sebagai menejer produksi, setiap saat dia harus mengontrol mesin. Ia merasa seperti diikat. Hal itu membuat ibadahnya terbengkalai. Bahkan, hanya untuk mengikuti pengajian saja jadi susah lantaran tidak ada waktu. Bukan tidak pernah memberi masukan ke perusahaan, tapi pihak perusahaan memiliki alasan sendiri.
Lalu, Abah Odil pun berpikir untuk memiliki usaha sendiri. Selain bebas beribadah, dengan memiliki usaha sendiri, ia juga bisa mempekerjakan karyawan. “Itulah alasan saya keluar sebagai menejer produksi,” jelas alumnus Akademi Tekstil Berdikari Bandung ini.
Usai mengunduran diri dari perusahaan, Abah Odil pernah mencoba menempuh berbagai usaha. Namun, karena tidak memiliki pengalaman dagang, usahanya pun banyak yang gagal. Pernah terjun ke usaha tekstil tapi juga tidak beruntung. Lalu mencoba jualan es akar rumput, nasi pecel, hingga roti. Tapi, keberuntungan belum berpihak kepadanya.
Hingga akhirnya, Ate fokus menggeluti usaha bubur ayam. Kali ini nasibnya mujur. Keuntungan yang diperolehnya dari hari ke hari semakin besar.
Tidak hanya itu, kini, ayah dari Rizki Madita, Astrid, Aisyah, dan Abdillah bebas menjalankan ibadah. Begitu juga dengan 12 karyawannya. Setiap shalat lima waktu dan Jumat harus dilaksanakan di masjid. Bahkan, di sela-sela jam kerja karyawannya, setiap malam Rabu pukul 17.30 hingga 19.15 seluruh karyawan diwajibkan mengikuti pengajian.
Program pengajian rutin dan wajib shalat jamaah yang diterapkan kepada karyawannya itu ternyata positif. Muskamah, contohnya. Karyawan yang telah bekerja tiga tahun ini mengaku mendapat pencerahan setelah mengikuti pengajian. “Ya, saya merasa enak sehabis ikut pengajian,” ungkap karyawan bagian dapur ini.
Tak hanya itu, karyawan asal Malang ini juga menjadi semangat ketika bekerja. Tak pelak, selama bekerja di Abah Odil ia merasa terkesan.

Peran Istri

Kesuksesan Abah Odil dalam usahanya tidak terlepas dari dukungan sang istri, Sulistyawati. “Apa pun keputusan yang diambil suami, selama itu baik, akan saya dukung,” ungkapnya. Termasuk ketika memutuskan keluar dari perusahaan, Sulistyawati mendukungnya.

“Saya kira, Bapak punya niat baik atas keputusan itu,” imbuhnya. Meski harus melepas kemewahan, namun Sulistyawati mengaku tidak menyesal. Sulistyawati pun tidak kaget dan shock. “Saya sudah biasa hidup susah. Hidup dengan modal dengkul tak masalah,” tegasnya.
Ketika suaminya memulai usaha bubur ayam, dia tak henti-hentinya memotivasinya. “Maklum, dulu Bapak menejer, ketika harus dorong gerobak bubur sempat malu juga,” tuturnya. Lantas Sulistyawati menasihatinya, “Sudahlah Yah, berangkat saja. Jangan malu. Wong kita nggak ikut makan mereka kok,” kilahnya.
Ucapan Sulistyawati itu manjur. Abah Odil jadi semangat. Ia mampu meretas segala onak yang menghadap, hingga sukses seperti sekarang.