Btc

Rabu, 14 Oktober 2020

Selasa, 24 November 2015

Teknopreneur Muda Indonesia yang mendunia




Saat ini Indonesia berada di era reformasi. Penuh tantangan yang dihadapi terkait dengan transisi sosio-ekonomi yang terus berjalan. Walaupun perekonomian kita tumbuh, namun masih tetap diperlukan upaya lanjutan, supaya ekonomi kita bisa lebih berdikari.Hal tersebut, terutama harus dilakukan dalam bidang IT.  Diperlukan pembangunan bidang IT yang bersifat berkelanjutan, dan salah satu cara untuk menjamin hal tersebut adalah dengan Technopreneurship.
Melalui teknopreneur telah lahir pengusaha pengusaha muda dibawah usia 30 tahun, yang diakui dunia. Salah satunya adalah Pendiri dan CEO Bukalapak Achmad Zaky . Bukalapak tercatat sebagai salah satu perusahaan e-commerce terkemuka di Asia Tenggara dengan nilai transaksi mencapai USD 80 juta pada 2014. Bukalapak bermula dari sebuah garasi kecil pada 2010. Kini telah dikunjungi lebih dari 1 juta orang setiap harinya dengan lebih dari 200 penjual. Investor Bukalapak saat ini adalah Gree Ventures, Batavia, 500 Startups, dan Emtek Group.

Selain itu Pengusaha muda asal Indonesia yang juga berpengaruh di Asia Tenggara adalah Ferry Unardi (27), co-founder dan CEO Traveloka. Platform pemesanan tiket pesawat dan voucher hotel ini dikunjungi 4 juta-7,5 juta pengunjung setiap bulan. Melampaui kompetitornya, Tiket, yang mendapat kurang lebih 1,95 juta kunjungan per bulan. Traveloka bisa tumbuh besar berkat bisnis e-ticketing berkembang pesat di Indonesia. Keberadaan Traveloka mampu mengalihkan 90 persen calon penumpang untuk memesan tiket secara online.

Didukung oleh East Ventures dan Global Founders Capital (dana yang dikelola oleh keluarga Samwer yang tenar melalui Rocket Internet), Unardi mampu memanjakan para konsumen dengan konsep one stop pemesan tiket, sehingga mereka merasa nyaman.

Terkahir Jason Lamuda (29), CEO Berrybenka, situs yang fokus menjual busana wanita muslim. Situs yang berdiri pada 2012 kini telah dikunjungi 590 ribu pengunjung pada April 2015 dan mendapat dukungan dana lebih dari USD 5 juta dari Gree Ventures, Transcosmos, dan East Ventures.

Jadwal Kegiatan Teknopreneur



Untuk bisa mewujudkan Juragan Usia Sekolah melalui kegiatan Teknopreneur perlu dibuat penjadwalan. Adapun Jadwal Pelaksanaan Teknopreneur bagi guru dan kepala sekolah adalah Sebagai berikut :

November - Desember 2015:
-        Sosialisasi via whatsapp dan webex kepala sekolah dan guru, untuk kepala sekolah setiap hari kamis jam 13.00 dan untuk guru setiap hari sabtu jam 13.00 
      (Untuk bisa berpartisipasi aktif  peserta bisa melakukan live Cisco web meeting dengan terlebih dahulu mendownload aplikasi via PC, Notebook atau play store android)
-        Pendaftaran sekolah dan siswa serta guru penanggung jawab
-        Penjabaran pelaksanaan teknisnya, yang melibatkan guru penanggung jawab,
-        Tahap Pemetaan Sumber Daya oleh Kepala Sekolah dan Wakilnya

Januari 2016 :
-        Presentasi : yang dilakukan oleh kepala sekolah dan wakasek dengan menampilkan data yang sudah dikumpulkan pada tahapan pemetaan sumber daya sebelumnya
-        Workshop : dilakukan oleh guru kewirausahaan untuk melihat kemungkinan solusi yang bisa ditawarkan dengan kegiatan teknoprener, melibatkan siswa, guru serta mentor terkait

l  Januari – Februari 2016
-        Pendalaman dan pemantapan proposal kelompok siswa
-        untuk proses dan diskusi atau mentoring guru, siswa dan mentor dan industri,
-        Tahap penyusunan proposal rancangan model bisnis,
-        Kesepakatan evaluasi penilaian yang akan digunakan untuk tiap kelompok siswa,
-        Proses Implementasi dari tahap pelaksanaan yang melibatkan siswa, guru, mentor.
-        Evaluasi berkala dari kegiatan berbasis  bisnis atau berbasis proses, pertemuan melalui whatsapp, webex setiap hari sabtu, sharing pengalaman dari mentor, bersama guru penanggung jawab

l  Juni 2016
-        Evaluasi akhir dari tahap pelaksanaan Teknoprener,
-        Evaluasi internal sekolah untuk raport.
-        Penilaian raport berdasarkan proses laporan setiap minggu dan setiap bulan dari  siswa baik omset maupun proses dan kesepakatan awal antar siswa dan guru pembina.

Teknopreneur wujudkan JUS


Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia Istilah enterpreneur sudah tidak asing lagi. 
Enterpreneur adalah orang-orang yang pandai melihat peluang usaha serta menerjemahkannya menjadi peluang nyata yang memiliki nilai tambah. Seorang Enterpeneur adalah inovator yang mampu menggabungkan teknologi yang berbeda, dan konsep-konsep bisnis untuk menghasilkan suatu produk barang atau jasa baru yang mampu mengenali setiap kesempatan yang menguntungkan, menyusun strategi, dan yang berhasil menerapkan ide-idenya. Dengan demikian Teknopreneur dapat diartikan sebagai orang yang bekerja/berusaha dibidang teknologi dan istilah tersebut mulai muncul ketika internet mulai dikenal masyarakat.Bisnis teknologi, yang mencakup setiap produk teknologi atau teknologi yang digunakan untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi, disamping tentunya profit, umumnya dimotori oleh yang namanya teknopreneur.
Teknopreneur adalah cara untuk merumuskan model bisnis untuk menemukan solusi untuk permasalahan sosial yang ada dengan memanfaatkan sarana teknis yang tersedia.

Teknopreneur, berasal dari kata Teknologi, yaitu cabang pengetahuan yang berhubungan dengan penciptaan dan penggunaan sarana teknis dan keterkaitan mereka dengan kehidupan, masyarakat, dan lingkungan, dan kata Entrepreneur yaitu cara untuk merumuskan model bisnis untuk menemukan solusi untuk permasalahan sosial. Sedangkan Teknopreneurship  adalah kemampuan menciptakan nilai tambah komersial secara konsisten dari inovasi teknologi, baik dalam produk maupun proses, sehingga memiliki keunggulan kompetitif.


Teknoprener adalah cara untuk merumuskan model bisnis untuk menemukan solusi untuk permasalahan sosial yang ada dengan memanfaatkan sarana teknis yang tersedia.
TEKNOPRENEUR juga membangun komunitas-komunitas di sektor-sektor khusus seperti telematika, energi terbarukan, bioteknologi dan lain-lain, serta melakukan pendampingan, mentoring serta inkubasi secara intensif untuk para start up dan calon Juragan Usia Sekolah untuk siswa siswa tingkat menengah


Teknopreneur adalah penamaan bagi entrepreneur  yang  mampu  mengembangkan bisnis berdasarkan kemampuan dalam berinovasi dan memanfaatkan ilmu pengetahuan serta teknologi sebagai basis. Fakta selama ini menunjukkan bahwa, perusahaan yang membangun dan mengembangkan teknopreneurship, akan tetap bertahan dalam ketatnya persaingan bisnis dan mampu mengembangkan inovasi untuk kemajuan bisnisnya.

Sekolah Sebagai Lembaga pendidikan yang salah satunya bertujuan untuk mewujudkan Kemandirian siswa harus mampu menghasilkan teknopreneur teknopreneur muda untuk dididik dan dilatih menjadi juragan juragan Usia Sekolah.


Untuk bisa mewujudkan Juragan Usia Sekolah perlu sinergi antara pihak Manajemen Sekolah dalam hal ini kepala sekolah/ wakasek, Guru Kewirausahaan selaku pembimbing  dan Siswa sebagai tujuan.
A.    Kelompok Kepala Sekolah atau Wakasek Sesiswaan
1.   Menyediakan tempat untuk mempromosikan solusi dari para mentor dan siswanya,
2.   Menyiapkan data terkait lingkungan sekolah, kota untuk dapat digunakan oleh para siswa ketika membuat proses pemetaan sumber daya

B.    Kelompok Guru Kewirausahaan selaku  Mentor,
1.   Menyediakan tempat kegiatan ekstra kurikuler kewirausahaan (belajar melihat peluang) dan soft skills (cara mempromosikan ide).
2.   Melakukan kegiatan mentoring dengan kelompok siswa, terkait dengan pengajuan proposal dan penerapan ide, solusi dari kelompok siswa 

C.    Kelompok Siswa
1.   Bekerja sama dan berkolaborasi untuk mengumpulkan ide, menerapkan ide, serta menyiapkan data maupun proses evaluasi kegiatan.
2.   Nenyusun laporan (tentang kebiasan pola sharing yang sudah ada) dan bekerja sama dengan mentor / guru dalam rangka untuk mengintegrasikan konsep sharing dan profit oriented.

Tahap Pelaksanaan Teknopreneur dalam rangka terwujudnya Juragan Usia Sekolah
     Untuk Melaksanakan Teknopreneur dalam rangka menciptakan Juragan usia Sekolah perlu melaksanakan beberapa Tahapan diantaranya :
A.   Resource Mapping (Pemetaan Sumber Daya)
1.   Untuk melihat potensi dari tiap tempat, dengan memperhatikan sumber daya manusia, barang yang banyak tidak terpakai (atau idle),
2.   Sumber data BPS ( misalkan angka pengangguran). Sumber data lainnya yang disediakan oleh kepala sekolah

        B.    Rancangan Model Bisnis
1.   Tujuan dari langkah kedua ini adalah untuk mencari dan menggabungkan jenis model bisnis yang menguntungkan (untuk kegiatan berorientasi omset) dan peningkatan efisiensi proses,
2.   Tujuan lainnya adalah untuk memberdayakan sumber daya yang belum dimanfaatkan berdasarkan pemetaan yang dilakukan sebelumnya

        C.    Proses Implementasi
        Kolaborasi untuk menerapkan rancangan model bisnis. Di saat siswa, mentor, guru dan kepsek    saling berkolaborasi,
2    .   Evaluasi berkala dilakukan untuk melihat proses implementasi dari rancangan model bisnis.

  1. Evaluasi
Evaluasi ini dilakukan dengan melihat tolak ukur yang telah disepakati sebelumnya (antara kelompok siswa dan guru / mentor) baik untuk orientasi omset atau efisiensi proses.
Terdapat dua jenis evaluasi siswa yaitu :  

  
1. Berbasis Omset
a       a. Tujuan mencari bentuk model bisnis yang baru, sehingga berbeda dari model bisnis 
              yang sudah  ada.  
         b. Laporan hasil akhirnya adalah melakukan evaluasi penerapan solusi yang diajukan 
              sehingga dapat disusun ke dalam bentuk model bisnis.
            
           Proses Pengukurannya :
  1. Membandingkan antara sebelum adanya kegiatan dengan sesudahnya mengacu kepada omset yang dihasilkan,
  2. Kelompok siswa beserta pendamping menyertakan hasil kegiatannya berupa omset, serta rincian model bisnis yang dilakukan, lengkap dengan analisa, jasa, layanan atau barang apa yang dijadikan bisnis utamanya.
3          2. Berbasis (Efisiensi) Proses
Kegiatan ini mengacu kepada perbaikan proses kegiatan yang sudah ada sehingga dengan demikian perlu diamati dan direkam proses ketika penerapan perbaikan prosesnya.

Proses Pengukurannya :

            1. Kelompok siswa menulis progres setiap minggu dalam blog, yang terdiri kegiatan, 
                 hasil,  rupiah,  perubahan dan dalam foto,

  1. Pendamping Kelompok (Guru / Mentor) menulis resume setiap minggu dan merencanakan kegiatan minggu yang akan datang,
  2. Menjabarkan nilai tolak ukur untuk menghitung efisiensi proses yang sudah ada sebelumnya
      Ada beberapa hal yang perlu dilakukan dan dipahami oleh seseorang atau para siswa peserta didik maupun guru sebagai mentor untuk menjadi technopreneur diantaranya adalah :
        
  1. Belajar dari pengalaman para pelaku technopreneurship, khususnya kesuksesan mereka dalam menjalankan bisnisnya
  2. Mengeksplorasi ide dan gagasan
  3. Softskill dan mindset yang diperlukan oleh technopreneur
  4. Validasi Ide dan Penilaian Peluang
  5. Pengembangan Produk Teknologi
  6. Hak Kekayaan Intelektual
  7. Analisis Pasar
  8. Model Usaha
  9. Penyusunan Business Plan
  10. Keuangan
  11. Marketing Plan dan Penyusunan Marketing Plan