Enterpreneur adalah orang-orang yang pandai melihat peluang usaha serta menerjemahkannya menjadi peluang nyata yang memiliki nilai tambah. Seorang Enterpeneur adalah inovator yang mampu menggabungkan teknologi yang berbeda, dan konsep-konsep bisnis untuk menghasilkan suatu produk barang atau jasa baru yang mampu mengenali setiap kesempatan yang menguntungkan, menyusun strategi, dan yang berhasil menerapkan ide-idenya. Dengan demikian Teknopreneur dapat diartikan sebagai orang yang bekerja/berusaha dibidang teknologi dan istilah tersebut mulai muncul ketika internet mulai dikenal masyarakat.Bisnis teknologi, yang mencakup setiap produk teknologi atau teknologi yang digunakan untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi, disamping tentunya profit, umumnya dimotori oleh yang namanya teknopreneur.
Teknopreneur adalah cara untuk merumuskan model bisnis untuk menemukan solusi untuk permasalahan sosial yang ada dengan memanfaatkan sarana teknis yang tersedia.
Teknopreneur, berasal dari kata Teknologi, yaitu
cabang pengetahuan yang berhubungan dengan penciptaan dan penggunaan sarana
teknis dan keterkaitan mereka dengan kehidupan, masyarakat, dan lingkungan, dan kata
Entrepreneur yaitu cara untuk merumuskan model bisnis untuk menemukan solusi
untuk permasalahan sosial. Sedangkan Teknopreneurship adalah kemampuan menciptakan nilai tambah komersial secara konsisten dari inovasi teknologi, baik dalam produk maupun proses, sehingga memiliki keunggulan kompetitif.
Teknoprener adalah cara untuk merumuskan model bisnis untuk menemukan solusi untuk permasalahan sosial yang ada dengan memanfaatkan sarana teknis yang tersedia.
TEKNOPRENEUR juga membangun komunitas-komunitas di sektor-sektor khusus seperti telematika, energi terbarukan, bioteknologi dan lain-lain, serta melakukan pendampingan, mentoring serta inkubasi secara intensif untuk para start up dan calon Juragan Usia Sekolah untuk siswa siswa tingkat menengah
Teknopreneur adalah penamaan bagi entrepreneur yang mampu mengembangkan bisnis berdasarkan kemampuan dalam berinovasi dan memanfaatkan ilmu pengetahuan serta teknologi sebagai basis. Fakta selama ini menunjukkan bahwa, perusahaan yang membangun dan mengembangkan teknopreneurship, akan tetap bertahan dalam ketatnya persaingan bisnis dan mampu mengembangkan inovasi untuk kemajuan bisnisnya.
Sekolah Sebagai Lembaga pendidikan yang salah satunya bertujuan untuk
mewujudkan Kemandirian siswa harus mampu menghasilkan teknopreneur teknopreneur
muda untuk dididik dan dilatih menjadi juragan juragan Usia Sekolah.
Untuk bisa mewujudkan Juragan Usia Sekolah perlu sinergi antara pihak
Manajemen Sekolah dalam hal ini kepala sekolah/ wakasek, Guru Kewirausahaan
selaku pembimbing dan Siswa sebagai
tujuan.
A.
Kelompok Kepala Sekolah atau Wakasek Sesiswaan
1. Menyediakan
tempat untuk mempromosikan solusi dari para mentor dan siswanya,
2. Menyiapkan
data terkait lingkungan sekolah, kota untuk dapat digunakan oleh para siswa
ketika membuat proses pemetaan sumber daya
B.
Kelompok Guru Kewirausahaan selaku Mentor,
1. Menyediakan
tempat kegiatan ekstra kurikuler kewirausahaan (belajar melihat
peluang) dan soft skills (cara mempromosikan ide).
2. Melakukan
kegiatan mentoring dengan kelompok siswa, terkait dengan pengajuan proposal dan
penerapan ide, solusi dari kelompok siswa
C.
Kelompok Siswa
1. Bekerja
sama dan berkolaborasi untuk mengumpulkan ide, menerapkan ide, serta menyiapkan
data maupun proses evaluasi kegiatan.
2. Nenyusun
laporan (tentang kebiasan pola sharing yang sudah ada) dan bekerja sama
dengan mentor / guru dalam rangka untuk mengintegrasikan konsep sharing
dan profit oriented.
Tahap Pelaksanaan Teknopreneur dalam rangka terwujudnya Juragan Usia Sekolah
Untuk Melaksanakan Teknopreneur dalam rangka menciptakan Juragan usia Sekolah perlu melaksanakan beberapa Tahapan diantaranya :
A. Resource Mapping (Pemetaan Sumber Daya)
1. Untuk
melihat potensi dari tiap tempat, dengan memperhatikan sumber daya
manusia, barang yang banyak tidak
terpakai (atau idle),
2. Sumber
data BPS ( misalkan angka pengangguran). Sumber data lainnya yang disediakan
oleh kepala sekolah
B.
Rancangan Model Bisnis
1. Tujuan
dari langkah kedua ini adalah untuk mencari dan menggabungkan jenis model
bisnis yang menguntungkan (untuk kegiatan berorientasi omset) dan
peningkatan efisiensi proses,
2. Tujuan
lainnya adalah untuk memberdayakan sumber daya yang belum dimanfaatkan
berdasarkan pemetaan yang dilakukan sebelumnya
C. Proses Implementasi
Kolaborasi untuk menerapkan rancangan model bisnis. Di
saat siswa, mentor, guru dan kepsek saling berkolaborasi,
2 . Evaluasi
berkala dilakukan untuk melihat proses implementasi dari rancangan model
bisnis.
- Evaluasi
Evaluasi ini dilakukan dengan melihat tolak ukur yang
telah disepakati sebelumnya (antara kelompok siswa dan guru / mentor) baik
untuk orientasi omset atau efisiensi proses.
Terdapat dua jenis evaluasi siswa yaitu :
a a. Tujuan mencari bentuk model bisnis yang baru, sehingga
berbeda dari model bisnis
yang sudah ada.
b. Laporan hasil akhirnya adalah melakukan evaluasi
penerapan solusi yang diajukan
sehingga dapat disusun ke dalam bentuk
model bisnis.
Proses Pengukurannya :
- Membandingkan antara sebelum adanya kegiatan dengan sesudahnya mengacu kepada omset yang dihasilkan,
- Kelompok siswa beserta pendamping menyertakan hasil kegiatannya berupa omset, serta rincian model bisnis yang dilakukan, lengkap dengan analisa, jasa, layanan atau barang apa yang dijadikan bisnis utamanya.
3 2. Berbasis (Efisiensi) Proses
Kegiatan ini mengacu kepada perbaikan proses kegiatan
yang sudah ada sehingga dengan demikian perlu diamati dan direkam proses ketika
penerapan perbaikan prosesnya.
Proses Pengukurannya :
1. Kelompok
siswa menulis progres setiap minggu dalam blog, yang terdiri kegiatan,
hasil, rupiah, perubahan dan dalam foto,
- Pendamping Kelompok (Guru / Mentor) menulis resume setiap minggu dan merencanakan kegiatan minggu yang akan datang,
- Menjabarkan nilai tolak ukur untuk menghitung efisiensi proses yang sudah ada sebelumnya
Ada beberapa hal yang perlu dilakukan dan dipahami
oleh seseorang atau para siswa peserta didik maupun guru sebagai mentor untuk menjadi technopreneur diantaranya adalah :
- Belajar dari pengalaman para pelaku technopreneurship, khususnya kesuksesan mereka dalam menjalankan bisnisnya
- Mengeksplorasi ide dan gagasan
- Softskill dan mindset yang diperlukan oleh technopreneur
- Validasi Ide dan Penilaian Peluang
- Pengembangan Produk Teknologi
- Hak Kekayaan Intelektual
- Analisis Pasar
- Model Usaha
- Penyusunan Business Plan
- Keuangan
- Marketing Plan dan Penyusunan Marketing Plan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar